Kamis, 19 Mei 2016

MERENCANAKAN HIDUP


Saya terbiasa membuat rancangan hidup saya minimal sampai 10 tahun ke depan entah itu masalah karir ataupun keluarga sampai keuangan, kebiasaan ini saya mulai sejak SD dan lebih seriusnya mulai dari zaman kuliah. Saya menulis visi dan cita-cita hidup saya di kertas dan terbiasa merevisinya setiap tahun disesuaikan dengan kondisi yang ada. Sebenarnya cita-cita saya ya sederhana saja seperti orang kebanyakan tapi kalau gak ditulis dan direncanakan dengan baik cita-cita yang kecilpun sulit tercapai bukan?. Alhamdulillah sampai dengan saat ini yang saya tulis tercapai semuanya dengan tepat seperti kapan lulus S1, kapan lulus S2, kapan nikah, kapan punya mobil, kapan punya rumah, kapan bisa kuliah S3, kapan bisa berangkat haji, dll.. walaupun dalam perjalanannya tidak benar-benar pas.. misal nikah telat 1 tahun dari rencana (awalnya pengen nikah umur 25 tahun seperti nabi Muhammad), tidak jadi dosen, tidak dapat beasiswa S2, umur 30 tahun sudah pasti belum lulus S3 (pengennya Doktor sebelum usia 30 tahun), dll. Akan tetapi  jika dipikir kembali kegagalan-kegagalan yang tidak sesuai dengan rencana yang dibuatpun ternyata ada manfaatnya karena sudah ada rencana B, C dan seterusnya. Sebagai contoh dari pengalaman pribadi:

  1.      Tidak ditakdirkan menikah pada usia 25 tahun, ternyata dalam satu tahun saya bisa lebih meluangkan waktu untuk bekerja guna menambah pengalaman dan tabungan, ketika mau menginjak umur 26 tahun saya sudah punya motor Sport dan mobil (tercapailah cita-cita yang lain punya mobil sebelum menikah.. hal yg sulit terealisasi jika menikah umur 25 tahun)
  2.       Tidak jadi dosen, meskipun sempat menjadi dosen selama 1 tahun pada akhirnya saya jadi orang kantoran tapi Alhamdulillah kerjaannya sama-sama banyak mikirnya dan rekan kerja yang pinter-pinter setara dosen kemampuannya (teman satu ruangan saya bahkan ada Doktor termuda se-Pemprov Jatim.. usia 33 tahun lulus S2 dan S3 dari Tohuku University Jepang) .. saya banyak menerima ilmu dari mereka. Saya anggap kegagalan ini impas atau mendapat pengganti yang sepadan (lagian sama-sama golongan 3B).
  3.       Tidak dapat beasiswa S2, dari situ saya diajarkan untuk mencari biaya kuliah dengan uang sendiri bahkan ketika wisuda 2 tahun lalu saya ingat sama sekali tidak punya uang di tabungan, walaupun begitu Alhamdulillah saya bisa lebih cepat lulus S2 dari pada jika saya mendapat beasiswa sehingga mempercepat mendapat pekerjaan yang saya inginkan. Saya anggap kegagalan ini mendapat pengganti yang lebih baik.
  4.          Umur 30 tahun sudah pasti belum lulus S3, saya punya target umur 24 tahun lulus S2 dan itu terwujud ketika saya berumur 24 tahun 10 bulan, sehingga umur 25 atau 26 tahun bisa mengambil S3 dan sebelum umur 30 tahun bisa Doktor, akan tetapi jika melihat kondisi saat ini saya seorang CPNS dengan formasi Auditor maka hal realistis yang bisa diusahakan dalam waktu dekat adalah terus belajar saja mencari pengalaman di sekretariat sampai diikutkan Diklat JFA niscaya itu lebih penting dan bermanfaat untuk saya daripada mengejar beasiswa S3. Positifnya dengan tidak memikirkan kuliah saya bisa fokus untuk membeli rumah, saat ini usia saya 27 tahun dengan usia pernikahan 1 tahun serta tinggal di kota baru, maka dari itu mempunyai rumah menjadi kebutuhan yang harus segera direalisasikan.. saat ini saya sedang bernegosiasi dengan pihak bank dan jika disetujui saya mempunyai rumah ketika usia 27 tahun.. lebih cepat dari rencana yang saya susun dua tahun lalu yang mengharapkan punya rumah sendiri ketika berusia 30 tahun. Satu lagi hal positif yang saya dapat dari suatu kegagalan.

Selanjutnya rencana saya adalah bila jadi realisasi KPR rumah.. akan berusaha melunasinya dalam kurun waktu 8 tahun supaya pada umur 35 tahun bisa membeli rumah yang baru, karena cita-cita saya dengan istri ingin mempunyai rumah di beberapa kota besar (maklum teman-teman kantor rata-rata juga punya rumah lebih dari satu bahkan ada yang masih muda punya 4 rumah jadi ikutan termotivasi deh hehehe..). Saat ini istri sudah punya rumah di Malang, sekarang lagi usaha punya rumah di Sidoarjo dan semoga suatu saat bisa keturutan punya rumah di Yogya, Bogor, Bandung atau kota lain agar kelak jika anak kuliah di kota-kota tersebut sudah tidak perlu ngekos lagi.
                                                                                                                                                                                                                                           
Ya begitulah pengalaman pribadi merencanakan hidup, yang perlu diperhatikan ini rencana hidup seorang Pegawai Negeri yang merupakan pekerjaan mainstream di negeri ini yang penghasilannya anda tahu sendiri berapa. Teman-teman SMA saya yang bekerja di sektor swasta membayar pajak penghasilannya sudah 15% yang berarti besar THPnya puluhan rupiah per bulan hehe.. entah apa yang sudah bisa mereka rencanakan.. yang jelas apapun profesi kita, berapapun penghasilan kita.. kita harus selalu merencakan hidup mau dibawa kemana dan tetapkan target-target besar yang terstruktur dan rasional.. untuk memotivasi kita dan mengingatkan bila mulai jauh dari jalan menuju cita-cita.


Selamat merencanakan hidup Kawan... Bismillah pasti bisa...